Anggota Komisi IV DPR, Firman Soebagyo mengaku heran alasan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meminta anggaran 10 Triliun guna mendongkrak kualitas pangan namun tidak prihatin dengan kondisi bangsa saat ini yang terdampak pandemi covid-19.
“Uang 10 Triliun bukan sedikit apalagi saat ini negara sedang dihadapkan dengan musibah Pandemi Covid-19 yang nyaris menguras energi bangsa ini baik dari sisi keuangan dan sisi lainnya,” kata Firman saat dihubungi, Rabu (24/6/2020).
Kementan dari tahun ke tahun sudah diberikan kenaikan anggaran sangat signifikan sejak ia menjadi pimpinan Komisi IV pada 2014 sampai sekarang. Namun, Kementan belum menunjukan keberhasilannya secara nyata, untuk swasembada pangan.
“Artinya bukan persoalan uang tetapi ada miss management dan perecanaan yang salah selama ini,” sesal politikus Golkar ini.
Firman melanjutkan, ketika Mentan saat ini menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pernah mangatakan punya konsep jitu kalau Pemprovnya diberi pinjaman 1 Trilun tanpa bunga dari APBN maka selama 5 tahun menjabat Gubernur bisa melipat gandakan produksi pangannya dan bisa mengembalikan pinjaman 1 Triliun kepada negara.
“Nah sekarang sudah pegang kekuasaan di Kementan itu konsepnya itu saja dijalankan dulu, kalau berhasil baru minta tambahan anggaran untuk wilayah lainya. Jadi konsepnya harus jelas dulu bukan uangnya dulu baru konsep belakangan,” tegasnya.
Oleh karena itu menurut Firman, sebelum bicara penambahan anggaran sudahkah Menteri Pertanian melakukan evaluasi kinerja secara menyeluruh dan apa masalah yang terjadi sebenarnya di dalam kementerian itu sendiri.
“Saya meyakini ditambah aggaran sebesar apapun kalau menagement pengelolan sektor pertanian tidak diperbaiki serta seperti ini tetap tidak akan berhasil,” tandasya.
Sebelumnya, Target Tahun 2021 Kementrian Pertanian (Kementan) masih berfokus pada pemulihan dan pembangunan sektor pertanian yang lebih maju, mandiri dan modern.
Hal ini disampaikan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat mengikuti rapat bersama Komisi IV DPR RI, di Gedung Parlemen, Senayan, Senin (22/6/2020)
“Ada juga program nilai tambah dan daya saing industri, program riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan dan pelatihan vokasi,” kata Mentan melalui keterangan tertulisnya, siang tadi.
Program ini kata Mentan dituangkan dalam Surat Nomor: S-376/MK.02/2020 dan Nomor: B.310/M.PPN/D.8/PP.04.02/05/2020 terkait program dukungan manajemen ketersediaan akses dan konsumsi pangan berkualitas yang masuk dalam program spesifik.
Dalam pelaksanaannya, alokasi terbesar akan diarahkan pada program ketersediaan akses dan konsumsi pangan yang berkualitas sebesar Rp.10,53 triliun.
Selain itu kementan juga mengusulkan penambahan anggaran pada tahun 2021 sebesar Rp.10 triliun yang bertujuan merealisasikan pemulihan ekonomi yang akan banyak bertumpu pada sektor pertanian
Selain itu, Kementan kata Syahrul juga menargetkan untuk memenuhi sasaran produksi beberapa komoditas strategis seperti padi sebanyak 63,5 juta ton, jagung sebesar 26 juta ton, kedelai 0,48 juta ton dan daging sapi atau kerbau sebanyak 0,463 juta ton.
“Harapannya mendapat dukungan dari pimpinan dan para anggota komisi IV DPR RI, supaya Kementan dapat menjalankan program-program dengan maksimal dan tanpa kendala,” ujarnya. (*)